Monday, May 6, 2013

Tab atau Dolipan?

Jaman sekarang, anak SD uda gak pada keluar rumah main sama temen, udah pada gak kenal petak umpet, dolipan, atau permainan sejenis itu. Mereka sekarang pada main Angry Bird, Temple Run, dan game-game lain yang ada di tablet. Tapi tau gak, kalo justru game-game yang dianggap 'modern' ini justru gak lebih baik dari permainan-permainan tradisional.
Bayangin aja, sekarang anak udah ga perlu temen lagi untuk main, terus gimana kehidupan sosialnya? pasti susah banget buat bergaul.
Terus untuk mata, tab atau alat-alat elektronik seperti itu, pasti kan memancarkan radiasi yang ga baik juga buat mata kita, makannya tuh banyak banget anak kecil jaman sekarang yang udah pake kacamata
Permainan tradisional juga olahraga kan? kita lari-larian di kejar temen, lari cari tempat sembunyi, kalo Tab? cuma duduk, terus jari-jari aja kan yang gerak? gimana mau sehat cobak?
Jadi, mending mana nih tab apa permainan tradisional? terserah pembaca yang menyimpulkan yaa, tapi kalo aku nyaranin sih, boleh update, tapi lingkungan sosial harus tetap diutamakan :)

BB atau Android?

Bagi para 'calon' pengguna smartphone yang masih bingung pilih android atau BB, nih aku kasih tau perbedaan-perbedaannya, tapi ini menurutku loh
1. Android tuh ga ada aplikasi BBM yang sekarang lagi gencaar banget, tiap ketemu temen yang ditanyain pin BB, ya gak?
2. Tapi kalau kalian pecinta aplikasi2 lucu, dan mudah bosen sana hape, mending pilih android deh, soalnya banyak banget aplikasi android yang gada di BB, dan kalo android gampang banget mau uninstal dan cari aplikasi yang kamu inginkan.
3. Kalo kamu adalah gamers sejati, android tuh pilihan terkece, banyak banget game-game yang kereeenn dan update.
4. Kalo kamu adalah  bisnisman yang butuh hubungin orang sini-sana, BB adalah pilihan tepat, karena lebih mudah buat komunikasi pake BBM.
5. Tapi jangan salahh, para pengguna BB dan Android bisa kok saling chatting, apalagi sekarang udah banyak banget aplikasi chatting yang bisa di pake di BB ataupun Android, kayak Whatsaap, Line, WeChat, dan buaaannyyaakk lagii

so, BB atau Android? tergantung kebutuhan pembaca sih, semoga artikel ini bermanfaat :)

Saat itu, Sekarang, dan Mungkin Besok


Minggu cerah, saat kedua orangtuaku mengajak pergi ke gereja. Saat itu, aku yang menggunakan terusan jingga, dengan bersemangat masuk gereja digandeng kedua orangtuaku. Kami duduk di bangku terdepan. Misa dimulai tepat pukul 8 pagi itu. Dan dari dalam sakristi keluar putra-putri altar dan seorang pastor lengkap dengan jubah dan pakaian khas untuk misa. Dan saat itu, aku melihat anak laki-laki kecil kira-kira satu tahun lebih tua dariku, mungkin 11 tahun, entahlah! Tapi saat itu, aku mulai suka melihatnya, senyumnya, dan matanya. Aku tak tahu, rasa apa itu, tapi aku membiarkan semuanya berjalan, mengalir. Dan sejak itu, aku mulai bersemangat saat hari Minggu, duduk di bangku depan, dan berharap dialah yang menjadi salah satu putra altar.
Sudah lama aku membiarkannya terus begitu, tidak tahu harus bagaimana, tidak tahu apa-apa tentang rasa yang kualami. Hanya sekedar senang melihat, dan menyukai senyumnya. Itu saja.
Waktu terasa cepat, saat aku sudah menjadi seorang pelajar SMP. Aku mulai aktif di gereja, dan mengikuti organisasi remaja gereja, aku menjadi salah satu putri altar juga. Aku ingat saat itu Minggu siang, saat aku dan semua teman-temanku berkumpul untuk latihan tugas misa Natal. Ternyata, latihan pertamaku itu juga diisi perkenalan. Dan saat itu, saat dia maju dengan gaya khasnya. Aku hanya tersenyum saat melihatnya. Dia memperkenalkan diri, namanya Runa. Aneh memang, tapi aku suka.
Banyak kegiatan gereja yang aku ikuti, banyak pengalaman yang aku dapat. Tentang Runa? Aku sekarang tau dia, cara bercandanya, kekonyolannya, semua. Aku dan Runa dekat, sebagai teman. Dan sejak itu aku tahu aku menyukainya, tapi aku diam, aku membiarkan semuanya seperti itu saja.
Paskah 2010 sudah dekat, kami semua mulai latihan rutin. Saat itu, mbak Ovi salah satu kakak di gereja bergurau dengan Runa.
“ Na, mana foto pacarmu?”
“ Huahahaha, ini mbak, cantik yaa.”
Aku yang saat itu bergurau dengan temanku sontak menoleh. Aku berjalan ke arah mbak Ovi dan Runa.
“ Ciee, ada apaa nih, rame banget?” Tanyaku
“ Ini, Runa punya pacar baru, lihat nih fotonya”. Jawab mbak Ovi bersemangat
“ Manaa? Lihaat dongg!”. Jawabku sok antusias
“ Cantik gak?” tanya Runa, pipinya merona
“ Wiiihh, cantik bangeett! , Selamat yaa”. Kataku sambil menelan ludah yang terasa sangat pahit saat itu.
Sore itu aku diam, kejadian siang tadi melayang-layang. Aku tak tahu harus bagaimana, aku bingung, aku sakit, tapi apa hakku? Dia hanya teman bukan lebih, atau mungkin tidak akan pernah lebih. Aku mencoba mengurangi segala kegiatan gereja, karena setiap melihatnya dekat, tetapi tidak akan mungkin teraih, dadaku sesak. Entah mengapa, tapi aku merasa bodoh.
Tahun berganti, aku dan Runa tetap dekat, tapi aku tak pernah sekalipun menanyakan gadis cantiknya itu, akan sangat menyakitkan jika aku tahu mereka dekat. Jujur, aku merasa nyaman saat disampingnya, saat dia mengantarku pulang, saat kami berdua bergurau di bawah hujan. Aku ingin selamanya seperti itu, tapi aku tahu itu hanya mimpi.

Pengorbanan dan Cinta



    Hari itu gak sedingin biasanya. Sambil merapatkan jaketnya, Gita terus berjalan menembus salju yang tidak diduga turun hari itu. Apartemennya masih jauh dan hari sudah mau gelap, jalan menuju apartemennya pun sudah sepi, Githa yang memang takut sepi memepercepat langkahnya.
   Setelah berjalan cukup lama, Githa akhirnya sampai di depan bangunan putih apartemennya. sambil menghirup nafas lega Ia membuka pintu. Bangunan putih itu bukan seperti apartemen mewah yang ada di tengah kota yang menyuguhkan fasilitas lengkap dan pemandangan indah. Tempat itu hanya bangunan berlantai 4 dengan 4 kamar di setiap lantainya, fasilitas kamarpun hanya dilengkapi ruang tamu, 1 kamar dan satu kamar mandi yang sangat sederhana.
  Segera setelah menaiki tangga ke lantai 2, tempat kamarnya berada Ia membuka pintu, dan menghempaskan tubuhnya ke kasur. Hari itu sangat melelahkan baginya, Ia harus siaran selama 4 jam karena menggantikan temannya yang hari itu tiba-tiba tidak masuk. Studio Radio Remaja  itu memang terkenal, banyak acaranya yang disukai remaja, Gita mencintai pekerjaannya, Ia merasa beruntung bisa bekerja di salah satu radio terkenal di Jerman.
     Saat lelahnya sedikit hilang, Gita menuju kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air hangat, ia berharap sisa rasa lelahnya mengalir bersama air. Setelah merasa segar, Gita menuju dapur dan memanaskan lasagna yang dibuatnya tadi pagi. Ia melahapnya sampai habis, dan kembali lagi ke kasurnya untuk berbaring.
  Saat Gita hendak merebahkan tubuhnya, tiba-tiba ada suara ketukan pintu. Dengan malas Ia menuju pintu kamarnya.
  " hmm, I'm sorry for disturbing you"
  " oh, okay". Jawab Gita sambil berfikir siapa lelaki tinggi yang berada di hadapannya itu.
  " aku hanya ingin berkenalan, aku penghuni baru apartemen di depan ini. Namaku Cole, nice to meet you"
  " oh ya? namaku Gita, senang berkenalan denganmu juga Cole, semoga betah ya".
  " okay, thank you Gita"
  Malam itu, Gita tidak terlalu peduli siapa Cole yang menghuni apartemen depan rumahnya itu. Tapi Ia berharap setidaknya mereka bisa berteman. mengingat sedikitnya orang seumurannya yang tinggal di apartemen itu.